Monday, 17 September 2018

Pengalaman Belajar di Ma'had Arraayah Sukabumi


Ditulis oleh : Genta Buana Al-Bantany


Bismillah

          Kutulis cerita ini sebagai suatu kenangan untuk diriku sendiri bahwa aku pernah berada di salah satu tempat menuntut ilmu agama terbaik di Indonesia, yaitu: Ma'had Ar-Raayah Sukabumi yang sekarang lebih dikenal dengan STIBA Ar-Raayah.


          Aku mulai cerita ini jauh sebelum aku menginjakkan kaki di bumi Ar-Raayah tercinta. Dahulu aku hanya bisa mendengar tentang tempat ini dari teman-temanku. Ar-raayah bahasa arabnya sangat bagus, setiap saat harus berbahasa arab, semua fasilitas sudah disediakan, baju-baju juga dicucikan, dan masih banyak hal positif lainnya yang aku dengar mengenai ma'had Ar-Raayah. Hal itu membuatku sangat termotivasi untuk belajar di tempat ini.
        Singkat cerita, aku mengikuti pendaftaran mahasiswa baru STIBA Ar-Raayah. Setelah itu diadakan tes penerimaan mahasiswa ditempat yang telah ditentukan oleh pihak Ar-Raayah. Aku mengikuti tes penerimaan langsung di STIBA Arraayah bersama sahabatku Achmad Reza dan ditemani oleh sahabatku Bagus. Sesampainya disana, aku begitu terpana dengan tempat itu. Tempat yang luas, sejuk, hijau, dan mahasiswanya yang ramah. Malam itu aku berbincang-bincang dengan salah seorang mahasiswa Ar-Raayah. Banyak hal yang aku tanyakan padanya tentang Ar-Raayah seperti kurikulumnya, bahasanya, peraturannya, sampai makanan sehari-harinya. Dari penuturannya membuatku semakin ingin menuntut ilmu disana.

          Keesokan harinya aku mengikuti tes wawancara diruang kuliah. Ada satu orang Syaikh yang menguji kami. Satu syaikh menguji empat calon mahasiswa. Syaikh yang mewawancaraiku saat itu adalah Syaikh Abu Aiman, orang yang paling disegani, dihormati, dan dibanggakan di STIBA Arraayah. Beliau seolah-olah ruh yang menggerakkan STIBA Ar-Raayah. Sejujurnya aku cukup senang mengetahui bahwa yang mengujiku adalah beliau.

          Tes wawancara berjalan lancar. Aku dan Achmad mampu melewati tes itu dengan baik. Beliau menanyakan hafalan Al-Qur'an kami, menanyakan tentang sejarah Islam, lalu pertanyaan umum mengapa kami ingin masuk Ar-Raayah, tentunya dengan menggunakan bahasa Arab. Setelah melewati tes yang panjang itu kami pulang, karena esok hari Aku dan Achamd harus menempuh perjalanan ke Surabaya.

         Waktu pengumuman tiba, aku dinyatakan lulus tes dan tinggal menjalani tes kesehatan. Setelah melakukan medical cek up semua berkas medical cek up dikirim ke Ar-Raayah untuk diperiksa. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya aku dinyatakan lulus dan harus datang ke Ar-Raayah beberapa hari setelah lebaran Idul Fitri sebagai mahasiswa baru STIBA Ar-Raayah.

         Waktu yang ditentukan tiba, Aku dan mahasiswa lainnya berangkat dari daerah kami masing-masing menuju Sukabumi. Saat itu aku mulai berangkat ke bandara Hang Nadim Batam setelah sholat subuh. Di bandara aku bertemu mahasiswa Arraayah lainnya bernama Fachri. Perjalanan cukup menguras waktu dan tenaga kala itu. Berangkat dari Batam sekitar jam 06.00 WIB menuju Jakarta, kemudian menaiki Damri menuju Bogor, lalu melanjutkan perjalanan ke Sukabumi, dan sampai di Arraayah kira-kira jam 15.00 WIB.


         Walau sebelumnya aku pernah pergi ke Ar-Raayah, namun pemandangan indah di Ar-Raayah masih terus membuatku tetap takjub dibuatnya. Betapa tidak, di Ar-Raayah terdapat berbagai macam buah-buahan yang tumbuh disini mulai dari buah naga, rambutan, sirsak, pisang, jambu, pepaya, bahkan pohon matoa tumbuh dengan subur di sekitar jalan menuju masjid. Tak hanya tumbuh-tumbuhan, di Ar-Raayah juga terdapat berbagai jenis hewan. Diantaranya ada kambing, rusa, kelinci, dan lele yang diternak di kolom lele. Ditambah lagi hawa sejuk pegunungan yang jauh dari polusi, dan pemandangan bukit yang indah membuat Ar-Raayah sangat cocok untuk menuntut ilmu agama.

           Sekarang akan kuceritakan bagaimana bangunan-bangunan yang ada di Ar-Raayah. Pada bagian depan ada pintu gerbang yang dikelilingi pagar tinggi, lalu ada pos satpam dan ruang tamu di dekat pintu gerbang. Waktu aku masih belajar disana, di dekat pos satpam sedang dibangun tempat penginapan bagi pengunjung, sepertinya sekarang sudah selesai dibangun. Lalu setelah dari pos satpam memasuki Arraayah, kita akan melewati ruangan Idaroh (kantor). Di ruang Idaroh adalah tempat bagi mudir ma'had dan ketua kesantrian beserta staf nya. Setelah melalui ruang idaroh ada perempatan jalan, jika ke kiri maka kita bisa menuju ke asrama akhwat, perumhan ustadz, gudang, laboratorium komputer, puskesmas, kebun dan juga ruangan belajar bagi kelas ma'had. Jika ke arah kanan maka kita bisa menuju ke ruangan kuliah, penginapan masyayikh, perpustakaan, kebun, asrama 3, kandang rusa dan kambing. Diruang kuliah inilah kantornya Syaikh Abu Aiman, orang yang paling dihormati dan disegani oleh mahasiswa-mahasiswa Arraayah. Jika kita lurus ke depan maka kita akan menuju ke masjid, asrama 1, asrama 2, tempat makan, lapangan, dan kebun.

Gedung kuliah Arraayah
          Ketika awal aku berada di Ar-Raayah, aku menempati asrama 3 kamar no 45. Setiap kamar berisi sekitar 12 orang dari berbagai tingkatan, baik itu semester awal ma'had, semester 1 kuliah sampai semester 7 kuliah di gabung menjadi satu. Di Ar-raayah tidak ada istilah senioritas, tidak ada kejadian kakak kelas membuli adik kelasnya. Ukhuwah islamiyyah di tempat ini begitu terasa, kami saling mencintai dan menghormati sebagai saudara sesama muslim.Aku sendiri sangat dekat dengan ketua kamarku yang berasal dari Bali, dia sangat baik dan ramah, dan ia saat itu berada di semester 5 kuliah.

          Bahasa Arab menjadi bahasa sehari-hari Ar-Raayah. Berbahasa Arab wajib di tempat ini, kecuali bagi mahasiswa baru maka akan diberi jangka waktu sekitar tiga bulan untuk beradaptasi dengan bahasa Arab. Dikelas juga para dosen menerangkan pelajaran dengan bahasa Arab. Jika ada kalimat yang sulit dimengerti maka para dosen akan menjelaskan kalimat itu dengan sinonim katanya atau dengan ungkapan-ungkapan yang menerjemhkan kalimat tersebut dengan bahasa Arab juga tentunya. Tak heran jika bahasa Arab mampu dikuasai lebih cepat di tempat ini, karena lingkungannya sangat mendukung. Aku pernah menyaksikan langsung teman sekamarku yang tidur sambil mengigau dengan menggunakan bahasa Arab. Ar-Raayah sangat direkomendasi bagi orang-orang yang mau belajar bahasa arab dengan fasih dan baik.

         Kegiatan sehari-hari di Arraayah juga sangat menarik. Sekitar tiga puluh menit sebelum sholat Subuh kita sudah dibangunkan dengan adzan pertama, lalu ketika Subuh tiba maka adzan kedua dikumandangkan. Setelah sholat Subuh ada kegiatan menghafal Al-Qur'an sampai jam 06.00 WIB kurang lebih, kemudian makan pagi di ruang makan sampai jam 06.30 WIB. Pukul 07.00-12.00 WIB adalah waktu kuliah. Setelah kuliah dilanjutkan sholat Dzuhur berjama'ah di masjid setelah itu mendengarkan pidato bahasa Arab yang disampaikan oleh mahasiswa. Pidato bahasa Arab ini diadakan setiap hari pada selesai sholat Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Pidato ini digilir mulai dari kamar no 1 di asrama 1 sampai kamar terakhir di asrama 3. Setelah sholat Dzuhur dilanjutkan makan siang dan istirahat sampai Ashar. Selesai sholat Ashar biasanya ada pelajaran tambahan, atau olahraga. Sementara setelah Maghrib diadakan makan malam, lalu setelah Isya kita belajar secara pribadi.

           Secara umum belajar di Ar-Raayah cukup menyenangkan. Aku menjumpai banyak orang-orang baik dan sholeh disini. Bertemu dengan teman-teman dari penjuru nusantara, dan tak lupa banyak ilmu bermanfaat yang aku dapat disini. Sayangnya keberadaanku di Ar-raayah hanya satu semester. Bukan karena aku gagal pada ujian, bukan pula karena aku dikeluarkan. Namun, ada alasan lain yang membuatku harus meningglkan STIBA Arraayah tercinta. Hari dimana aku berpisah dengan Ar-Raayah tiba. Sahabat baikku Asiri, Devi, Firdaus dan teman-temanku lainnya menghantarkan kepergianku sampai depan gerbang. Apakah aku menangis meninggalkan Ar-Raayah? Jawabannya adalah "Iya". Bagaimanapun juga belajar di Ar-Raayah adalah cita-citaku yang mampu kucapai walaupun tak sampai selesai. Apakah aku menyesal telah menghabiskan waktuku selama satu semester di Arraayah? Jawabannya adalah "Tidak". Dengan semua kelebihan dan kekurangan yang ada di STIBA Ar-Raayah, aku tidak pernah menyesal menuntut ilmu disana.


Wallahu a'lam

Mungkin hanya sampai sini saja cerita yang bisa kubagi mengenai pengalamanku belajar di STIBA Ar-Raayah. Semoga apa yang aku tulis disini dicatat sebagai kebaikan disisi Allah. Aamiin


Teruntuk sahabat-sahabat Ar-Raayahku, semoga Allah mengumpulkan kita bersama di jannah-Nya, agar kita bisa bernostalgia bersama tentang hari-hari indah yang kita habiskan di bumi Ar-Raayah tercinta. aamiin

1 comment: